Pengaruh Kisah & Dongeng Dalam Pendidikan Sebuah Generasi

Tidak ada yang tidak menyukai cerita. Anak kecil, remaja bahkan orang tua sangat senang mendengarkan cerita. Terkadang kajian juga dianggap membosankan jika tidak ada ceritanya. Sungguh luar biasa pengaruh cerita untuk menyampaikan pesan sehingga menghujam ke dalam jiwa tanpa pernah dirasa.

Wajar jika al-Qur’an yang merupakan kurikulum pendidikan umat ini sepertiganya adalah cerita. Menyampaikan pelajaran bisa dengan cerita. Menghibur kesedihan juga bisa dengan cerita. Bahkan melontarkan ancaman akan datangnya adzabnya juga bisa dengan cerita.

Namun dalam menyampaikan cerita, yang perlu kita perhatikan adalah apa yang akan kita ceritakan. Sebagian orang tidak peduli apa yang mereka ceritakan yang penting menghibur dan menyenangkan. Padahal al-Qur’an sangat memperhatikan terhadap materi-materi yang diceritakan.

Ulama sepakat bahwa cerita-cerita yang ada dalam al-Qur’an semuanya adalah kejadian nyata yang memang benar-benar terjadi, bukan cerita-cerita khayalan yang berhias kebohongan.

Itulah sebabnya cerita-cerita nyata dalam al-Qur’an disebut dengan kisah atau yang dalam bahasa Arab disebut dengan al-Qishshah. Kata al-Qishshah inilah yang nanti dijama’kan menjadi al-Qishash atau al-Qashash.

{لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ} (سورة يوسف: 111)

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat ‘Ibrah (pelajaran) bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf: 111)

{فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ} (سورة الأعراف: 176)

“Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir”. (QS. al-A’raf: 176)

Oleh karena itu kita harus meyakini bahwa tidak ada cerita-cerita fiktif atau khayalan yang biasa kita sebut dengan dongeng atau legenda dalam al-Qur’an. Dongeng atau cerita-cerita khayalan inilah yang dalam bahasa Arab disebut dengan Usthurah. Kata Usthurah sendiri ketika dijama’kan maka menjadi Asathir.

Jelas berbeda antara Qashash dengan Asathir. Jelas berbeda antara kisah dengan dongeng atau legenda. Semua cerita yang ada di dalam al-Qur’an adalah kisah, bukan dongeng, bukan pula legenda.

Oleh sebab itu orang-orang kafir saat itu berusaha menggiring opini bahwa cerita-cerita yang ada di dalam al-Qur’an adalah dongeng atau legenda belaka. Hanya cerita-cerita khayalan, bukan fakta, juga bukan realita, tidak ada yang luar biasa, juga tidak ada yang istimewa.

{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ} (سورة النحل: 24)

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Apakah yang telah diturunkan Rabb kalian?” mereka menjawab: “Dongeng-dongengan orang-orang dahulu”. (QS. an-Nahl: 24)

Namun mari kita perhatikan bantahan al-Qur’an atas tuduhan orang-orang kafir tersebut. Karena memang sangat berbeda antara kisah yang merupakan sebuah peristiwa sejarah dengan dongeng yang hanya hasil khayalan dan imajinasi semata.

{لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ} (سورة يوسف: 111)

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf: 111)

Lantas, apakah hanya itu saja perbedaan antara kisah dan dongeng atau legenda? Jelas tidak. Kisah yang merupakan peristiwa nyata memiliki pelajaran dan hikmah yang sesuai dengan realita kehidupan manusia. Namun dongeng yang bersumber dari khayalan menjadikan seseorang hidup dalam imajinasi yang bertolak belakang dengan kondisi nyata. Bahkan terkadang dongeng memberikan pengaruh pada hilangnya sikap kritis disebabkan buaian indah yang bertentangan dengan logika.

Jadi jelaslah bahwa musuh kisah adalah dongeng atau legenda. Dalam kitab as-Sirah an-Nabawiyyah karya Dr. Raghib as-Sirjani disebutkan bahwa dahulu seorang kafir Qurays yang bernama an-Nadhr ibn al-Harits sampai perlu pergi ke kota Hirah di Irak hanya untuk mengimpor dongeng dan legenda Persia untuk memalingkan orang-orang dari ayat-ayat Allah SWT. Betapa besar dana yang dikeluarkan oleh musuh-musuh Islam pada saat itu untuk memerangi kisah.

{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ } (سورة الأنفال: 36)

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah”. (QS. al-Anfal: 36)

Lihat betapa repotnya musuh-musuh Islam dahulu memalingkan orang-orang dari kisah yang ada di dalam al-Qur’an dengan mengimpor dongeng-dongeng dengan biaya besar. Namun hari ini musuh-musuh Islam cukup duduk manis tanpa biaya sepeserpun untuk melihat umat Islam sibuk dengan dongeng atau legenda yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka, mulai dari dongeng pengantar tidur sampai dongeng yang menjadi bahan pelajaran di sekolah-sekolah.

Wallahu A’lam.

Gresik, 21 Juni 2017

Al Ustadz Ali Markasan, Lc.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2025 Mahdharah Islamiyyah Indonesia

©2025 | Mahdharah Official